Selasa, 29 April 2014

HORIZON TANAH

Huruf kapital O, A, E, B, C, R merupakan simbol-simbol untuk  horizon utama dan lapisan utama tanah. Huruf-huruf kapital ini merupakan  simbol dasar, yang dapat diberi tambahan karakter-karakter lain untuk  melengkapi penamaan horizon dan lapisan. Horizon O adalah lapisan yang didominasi oleh bahan organik.  Sebagian jenuh air dalam periode yang lama, atau suatu ketika pernah jenuh  air, tetapi sekarang telah didrainase, sebagian yang lain tidak pernah mengalami jenuh air. Sebagian besar horizon O tersusun dari serasah segar  yang belum terdekomposisi atau sebagian telah terdekomposisi yang telah  tertimbun di permukaan. Serasah seperti ini dapat berada di atas permukaan tanah mineral atau tanah organik.
Keterangan :

A  : Horizon Organik
O  : Horizon pencampuran bahan organic  terhumifikasi dengan bahan mineral
E  : Horizon pencucian (eluviasi)
B  : Horizon penumpukan (iluviasi)
C  : Bahan induk

D  : Batuan induk


Horizon A adalah horizon mineral yang terbentuk pada permukaan  tanah atau di bawah suatu horizon O.  Horizon ini memperlihatkan  kehilangan seluruh atau sebagian besar struktur batuan asli dan menunjukkan  salah satu atau kedua sifat  berikut yaitu akumulasi bahan organik terhumifikasi yang bercampur sangat intensif dengan fraksi mineral, dan tidak  di dominasi oleh sifat-sifat yang merupakan karakteristik horizon E atau B.  sifat-sifat yang merupakan akibat dari pengolahan tanah, pengembalaan  ternak atau jenis-jenis gangguan lain yang serupa.
Horizon E adalah horizon mineral yang kenampakan utamanya  adalah kehilangan liat silikat, besi, alumunium atau beberapa kombinasi  senyawa-senyawa tersebut, meninggalkan suatu konsentrasi partikel-partikel  pasir dan debu. Horizon ini memperlihatkan lenyapnya seluruh atau sebagian  terbesar dari struktur batuan aslinya. Horizon E dibedakan dari horizon B di  bawahnya dalam sequm tanah sama , oleh warna dengan  value  lebih tinggi  atau  chrome  lebih rendah , atau kedunya, oleh tekstur yang lebih kasar atau  oleh suatu kombinasi dari sifat-sifat tersebut. 
Horizon B dalah horizon-horison yang terbentuk di bawah suatu  horizon A, E atau O. horizon-horison ini didominasi oleh lenyapnya seluruh  atau sebagian terbesar sari struktur batuan aslinya, dan memperlihatkan satu  atau lebih sifat-sifat seperti : Konsentrasi atau penimbunan secara aluvial dari  liat silikat, senyawa besi, senyawa alumunium, humus, senya wa karbonat,  gispsum, atau silika, secara mandiri atau dalam kombinasi.  Tanda-tanda atau  gejala  adanya  pemindahan atau penambahan  senyawa karbonat.  Konsentrasi oksidan-oksidan  secar residu.  Penyelaputan sesquioksida yang mengakibatkan horizon terlihat jelas menpunyai value warna lebih rendah, chrome  lebih tinggi atau  hue  lebih merah tanpa proses iluviasi semyawa besi  yang terlihat jelas.
Horizon C adalah horison atau lapisan, tidak termasuk batuan dasar yang lebih keras dan tersementasi kuat, yang dipengaruhi sedikit oleh proses  pedogenik, serta tidak memiliki sifat  –sifat horizon O, A, E, atau B. sebagian  terbesar merupakan lapisan-lapisan mineral. Bahan lapisan C mungkin dapat  serupa atau tidak serupa dengan gahan dari mana solum diperkirakan telah  terbentuk. Suatu horizon C mungkin saja telah mengalami perubahan,  walaupun tidak terdapat tanda-tanda adanya proses pedogenesis.
Horizon R adalah batuan dasar tersementasi kuat sampai  mengeras.granit, basaly, kuarsit, batugamping, dan batupasir adalah contoh  batuan dasra yang diberi symbol dengan huruf R. lapisan R cukup kompak  jika lembab sehingga cukup sulit di gali dengan  sekop walaupun lapisan  tersebut dapat pecah berkeping-keping
Sifat morfologi tanah adalah sifat–sifat tanah yang dapat diamati dan  dipelajari di lapang. Sebagian dari sifat morfologi tanah merupakan sifat fisik  dari tanah tersebut.

Batas–Batas Horison
Batas satu horison dengan horison lainnya dalam suatu profil tanah  dapat terlihat jelas atau baur. Pada pengamatan lapang ketajaman peralihan  horison ini dapat dibedakan beberapa tingkatan, yaitu dikatakan
a.  nyata (bila lebar peralihan kurang dari 2,5 cm),
b.  jelas (lebar peralihan 2,5 – 6,5 cm ),
c.  berangsur (lebar peralihan 6,5 – 1,25 cm) dan
d.  baur  (lebar peralihan > 12,5 cm).  Disamping topografi dari batas horison  tersebut dapat rata, berombak, tidak teratur atau terputus




Batas horison atau lapisan dinyatakan dalam kejelasan dan bentuk peralihan (topografi batas). Berikut adalah symbol yang digunakan untuk kejelasan dan bentuk peralihan. Penjelasan :
a  (aburpt) simbol untuk peralihan sangat jelas, lebar peralihan < 2 cm.
c  (clear) simbol untuk peralihan jelas lebar peralihan 2-5 cm.
g  (gradual) simbol untuk peralihan berangsur lebar peralihan 5-12 cm.
d  (diffuse) simbol untuk peralihan baur, lebar peralihan > 12 cm
            Kedalaman atau solum, tekstur, dan struktur tanah menentukan besar kecilnya air  limpasan permukaan dan laju penjenuhan tanah oleh air. Pada tanah bersolum dalam  (>90 cm), struktur gembur, dan penutupan lahan rapat, sebagian besar air hujan  terinfiltrasi ke dalam tanah dan hanya sebagian kecil yang menjadi air limpasan  permukaan (longsor). Sebaliknya, pada tanah bersolum dangkal, struktur padat, dan penutupan lahan kurang rapat, hanya sebagian kecil air hujan yang terinfiltrasi dan  sebagian besar menjadi aliran permukaan (longsor) Pembentukan Agregat Menurut Gedroits (1955) ada dua tingkatan pembentuk agregat tanah, yaitu:
1. Kaogulasi koloid tanah (pengaruh Ca2+) kedalam agregat tanah mikro
2. Sementasi (pengikat) agregat mikro kedalam agregat makro.
Teori pembentukan tanh berdasarkan flokulasi dapat terjadi pada tanah yang berada  dalam larutan, misal pada tanah yang agregatnya telah dihancurkan oleh air hujan  atau pada tanah sawah. Menurut utomo dan Dexter (1982) menyatakan bahwa  retakan terjadi karena pembengkakan dan pengerutan sebagai akibat dari  pembasahan dan pengeringan yang berperan penting dalam pembentukan agregat. 


Daftar Pustaka

FAKTOR DAN PROSES PEMBENTUKAN TANAH


Syarat utama terbentukanya tanah ada 2 yaitu :
(1) tersedianya bahan asal atau bahan induk.
(2) adanya faktor yang mempengaruhi bahan asal atau bahan induk tanah hingga menjadi tanah.

Sebenarnya banyak faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah. Menurut Jenny (1941) ada 5 faktor yang dianggap paling penting dalam pembentukan tanah yaitu (1) iklim, (2) organisme, (3) bahan induk, (4) relief atau tofografi, (5) waktu

1.      Iklim
Iklim merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pembentukan tanah. Suhu dan curah hujan sangat berpengaruh terhadap intensita reaksi kimia dan fisika didalam tanah yang menentukan watak pelapukan yang terjadi, yang selanjutnya berpengaruh terhadap perkembangan profil tanah.
Menurut Isa Darmawijaya (1990), pengaruh suhu terhadap pembentukan tanah dapat terjadi dalam dua cara yaitu:
a. Memperbesar evapo-tranpirasi, sehingga mempengaruhi terhadap gerakan air dalam tanah.
b. Mempercepat reaksi kimia dalam tanah.
Pengaruh iklim secara tegas dapat bekerja sama dengan faktor lain dalam pembentikan tanah. Di daerah lembab, curah hujan yang melimpah memberikan lingkungan yang menguntungkan bagi pertumbuhan pohon-pohon seperti yang terjadi pada hutan hujan tropis. Iklim memberikan sebagian pengaruhnya melalui faktor pembentukan tanah yang lain yaitu organisme atau jasad hidup.

2. Organisme
Semua mahkluk hidup, baik hidupnya maupun sudah mati mempunyai pengaruh terhadap pembentukan tanah. Di antara makhluk yang paling berpengaruh adalah vegetasi karena jumlahnya banyak dan berkedudukan tepat untuk waktu yang lama, sedangkan hewan dan manusia berpengaruh tidak langsung melalui vegetasi.
Manusia dapat berpengaruh langsung maupun tidak langsung dalam pembentukan tanah baik melalui vegetasi penutupan dan penggunaan lahan.
Akumulasi bahan organik, daur unsur hara dan pembentukan struktur tanah yang stabil sangat dipengaruhi oleh kegiatan organisme didalam tanah. Disampaing itu unsur N dapat diikat di dalam tanah maupun yang bersimbiosis dengan tamanam. Demikian pula vegetasi yang tumbuh di tanah tersebut dapat menjadi pencegah terjadinya erosi tanah sehingga dapat berfungsi membatasi jumlah kehilangan tanah.

     Jasad hidup dalam tanah mempunyai peranan penting dalam proses:
a.Dekomposisi sisa-sisa jasad hidup seperti dekomposisi karbohidrat, dekomposisi selulosa, dekomposisi selulosa, dekomposisi protein, dekomposisi lignin, maupun tranformasi lemak.
b.Pembentukan humus dan pemecahan humus.
c.Peredaran N dalam tanah yang berupa: ditrifikasi, deniftrifikasi, amonifikasi dan fiksasi-N
d.Perubahan bentuk unsur-unsur seperti sulfur, pospos, Fe, K, Ca, As dan Se.
e.Homogenisasi bahan-bahan dalam tanah.
Cacing sangat efektif dalam dekomposisi seresah. Pada malam hari dia membawa guguran daun, rerumputan ke dalam lubangnya dan mencampurnya dengan mineral-mineral tanah.
Semut-semut menyusup kedalam tanah dan mengangkut bahan-bahan dari dalam tanah kepermukaa tanah sambil membangun sarang-sarangnya berupa berupa bukit-bukit kecil di pertmukaan tanah dan sering pada batang-batang pohon. Rayap-rayap makan sisa-sisa bahan organik. Tikus dan binatang lain menggunakan tanah sebagai tempat tinggal dan tempat perlindungan.

3. Bahan Induk
Menurut Jenny (1941) bahan induk adalah keadaan tanah dalam kondisi nol (time zero) dari proses pembentukan tanah.
Jenis-jenis bahan induk tanah:
a). Batuan beku
terbentuk karena adanya pembekuan magma. Batuan beku atas terjadi karena magma membeku dipermukaan bumi(batuan volkanik). Batuan beku gang terjadi karena magma membeku diantara sarang magma dengan permukaan bumi.
Berdasarkan kandungan Si O2, batuan beku dibedakan menjadi: (1) batuan beku yang bersifat masam atau banyak mengandung SiO2, akan meghasilkan tanah yang masam; (2) batuan beku intermedier atau cukup SiO2; (3) dan batuan beku alkalis atau sedikit SiO2,akan menghasilkan tanah-tanah alkalis tetapi apabila curah hujannya tinggi dapat pula membentuk tanah masam dijawa dan beberapa tempat lain diluar jawa banyak ditemukan tanah yang berkembang dari bahan-bahan volkanik. Tanah volkanik umumnyaq berada di sekitar gunung berapi dan memiliki tingkat kesuburan yang tinggi karena banyak mengandungmineral yang mudah lapukyang kaya akan unsur hara seperti K, Ca, Mg dan sebaginya.
b).Batuan sedimen
Batuan sedimen tua terdiri dari bahan endapan (umumnya endapan laut)yang sudah diendapkan berjuta tahun yang lalu sehingga membentuk batuan yang keras. Contoh dari batuan endapan yang tua: (1) batua gamping, merupakan endapan laut yang banyak mengandung karang laut, sehingga sebagian besar terdiri dari CaCO3 (kalsit) dan Ca Mg (CO3)2 atau dolomit.; (2) batu pasir, yang banyak mengandung pasir kuarsa atau SiO2.; (3) batu liat ada yangbersifat masam dan ada yang bersifat alkalissepertishale atau napal dengankadar liat yang teinggi.
Batuan sedimen muda, biasanya belum menjadubatuan. Umumnya diendapkan oleh air, misalnya yang terjadi didataran banjir, ada juga sedimen muda yang merupkan hasil pengndapan angin misalnya pasir pantai dan sebagainya.
c). Batuan metamorfose
Batuan beku atau batuan sedimen yang terkena pengaruh tekanan dan suhu yang tinggi akan menjadi batuan lain (batuan malihan). Batuan metamorfese umumnya bertekstur lembar(foliated texture) akibat rekristalisasi dari beberpa mineral dan orientasi mineral menjadi pararel sehingga terbentuk lembar-lembar. Batuan metamorfose dengan lembar-lembar halus disebut scist (misalnya mika schist), sedangkan dengan lembar-lembar kasar disebut gnesiss (misalnya granit gneis). Ada juga batuan betuan metamorfose yang tidak menunjukan folaited texture, misalnya kwarsit (dari batuan pasir), dan marmer (dari batu kapur karbonat).
d). Bahan induk organik
Pada daerah hutan yang berawa-rawa atau selalu tergenang air, proses penghancuran bahan organik berjalan lebih lambat dari pada proses penimbunan, sehingga terjadilah akumulasi bahan organik. Adanya akumulasi bahan-bahan organik akan membentuk tanah organik atau tanah gambut seperti banyak ditemukan dipantai timur sumatera,pantaibarat, selatan, dan timur kalimantan, dan pada pantai selatan irian jaya.

4. Topografi atau Relief
Topografi suatu daerah dapat mempercepat atau memperlambat pengaruh iklim. Didaerah yang relatif datar atau cekung kecepatan aliran air lebih lambat dari daerah landai atau kering, sehinga pada daerah yang datar atau cekung dapat dijumpai adanya tanah yang terbentuk dicirikan oleh warna kelabu atau banyak adanya karatan sebagai akibat adanya pergenangan air.
Di daerah berombak atau bergelombang drainase tanah umumnya lebih baik dari pada daerah datar atau cekung, sehingga pengaruh iklim (terutama curah hujan dan suhu) akan lebih jelas seperti adanya pelapukandan pencucian tanah lebih cepat.
Didaerah perbukitan dan pegunungan seringkali erosi berlangsung dalam tingkat yang lebih cepat dari pada pembentukan tanah, akibatnya solum tanah yang terbentuk relatif dangkal atau tipis. Sebaliknya pada lereng kaki perbukitan atau pegunungan sering dijumpai tanah yang relatif dalam akibat penimbunan bahan-bahan yang diendapkan oleh aliran air dari lereng bagian atas.

5. waktu
Lamanya bahan induk mengalami pelapukan dan perkembangan tanah, memainkan peranan penting dalam menentukan jenis-jenis tanah terbentuk.
Gunung berapi mengendapkan lava dan abu gunung disaat terjadi letusan gunung berapi tersebut, seringkali pengendapan lava ataupun terjadinya letusan gunung tidak terjadi pada waktu yang sama. Semua tinfgkatan perkembangan tanah dapat di temukan kembali pada endapan-endapan itu. Didaerah beriklim tropika, pembentukan tanah dari bahan induk berupa abu gunung berapi berlangsung cepat, sehingga dalam waktu empat belas tahun sudah dapat terbentuk tanah yang cukup subur.


Ke lima faktor pembentuk tanah tersebut dapat disajikan dengan rumusan matematik sebagai berikut:
                                S = f  ( C, O, P, R, T )
Keterangan:
S : Soil (tanah)
C : Climate (iklim)
P : Parent rock (bahan/batuan induk)
T : Time (waktu )
f : factor (faktor)
O : Organism (organisme)
R : Relief (topografi)


Diagram faktor-faktor pembentukan tanah:






Daftar Pustaka


RUANG LINGKUP GEOGRAFI TANAH

Ruang lingkup yang dipelajari dalam geografi tanah, meliputi :
a.   Fisika Tanah
Fisika tanah adalah cabang dari ilmu geografi tanah yang membahas sifat-sifat fisik tanah, pengukuran dan prediksi serta kontrol (pengaturan) proses fisika yang terjadi dalam tanah, karena pengertian fisika meliputi materi dan energi, maka fisika tanah membahas pula status dan pergerakan material serta aliran dan transformasi energi dalam tanah.
Tujuan Fisika tanah dapat dilihat dari 2 sisi:
1.   Dalam satu sisi, tujuan kajian fisika tanah adalah untuk memberikan pemahaman dasar tentang mekanisme pengaturan perilaku (fisika dan kimiawi) tanah, serta perannya dalam biosfer, termasuk proses saling hubungan dalam pertukaran energi di dalam tanah, serta siklus air dan material yang dapat diangkutnya.
2.   Pada sisi lainnya, pemahaman fisika tanah dapat digunakan sebagai asas untuk manajemen sumberdaya tanah dan air, termasuk kegiatan irigasi, drainase, konservasi tanah dan air, pengolahan tanah dan konstruksi.
Oleh karena itu fisika tanah dapat dipandang sebagai ilmu dasar sekaligus terapan dengan melibatkan berbagai cabang ilmu yang lain termasuk ilmu tanah, hidrologi, klimatolologi, ekologi, geologi, sedimentologi, botani dan agronomi. Fisika tanah juga erat kaitannya dengan mekanika tanah, dinamika tanah dan teknik sipil.
Area penelitian fisika tanah dapat mencakup:
1.   Pengukuran dan kuantifikasi sifat fisik tanah di lapangan.
2.   Transportasi materi dan energi (berupa air, udara, panas) di dalam tanah.
3.   Manajemen air untuk irigasi.
b.   Kimia Tanah
Tanah merupakan tubuh alam yang bebas yang tersusun oleh komponen organik maupun anorganik. Diseluruh permukaan bumi terdapat beraneka macam tanah mulai dari yang paling gersang sampai yang paling subur. Mulai dari warna yang paling gelap hingga yang warna cerah. Keanekaragaman tanah itu memiliki sifat dan kandungan yang berbeda dalam komponennya. Antara lain sifat kimia yang merupakan komponen inti dalam tanah.
Tanah satu dengan yang lain memiliki perbedaan sifat kimia yang tentunya mempengaruhi tingkat kesuburan dalam tanah tersebut. Kesuburan itu sendiri pada akhirnya erat kaitannya dengan pertumbuhan suatu tanaman. Untuk mempermudah mengkaji dan menganalisis keadaan itu maka diperlukan kemampuan untuk mengenal beragam komponen kimia dalam masing-masing jenis tanah.
Semenjak pertanian berkembang, konsep tanah yang paling penting adalah konsep sebagai media alami bagi pertumbuhan tanaman. Sebagai konsep itu, tanah sendiri memiliki jenis dan sifat yang berbeda. Adapun jenis tanah itu antara lain : Regosol, Andisol, Vertisol, Latosol, dan masih banyak lagi. Disetiap tanah itu terkandung unsur kimia tertentu dan fase-fase reaksi kimia tertentu. Hal ini berpengaruh untuk kesuburan tanah, kembali pada konsep bahwa tanah sebagai media alami pertumbuhan tanaman. 
Kenyataan pada saat ini, kadang pertanian belum mampu mengkaji hal-hal yang erat kaitannya dengan kimia tanah. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan wawasan mengenai kimia dalam pertanian. Padahal ini cukup berperan penting dalam menopang produksi pertanian. Maka dari itu, pengetahuan mengenai kimia tanah sangat diperlukan dalam bidang pertanian, khususnya ditujukan kepada para petani yang memegang peranan langsung di lapangan.
Kimia Tanah merupakan sarana untuk mempelajari mengenai beragam ilmu mengenai kimia tanah. Sehingga pada nantinya mendapatkan bekal pengetahuan dan wawasan mengenai kimia tanah dalam bidang pertanian, baik itu pengetahuan dan wawasan mengenai kimia tanah dalam bidang pertanian, baik itu mengenai unsur, fase reaksi, atau beragam hal yang erat kaitan dengan kimia tanah yang menopang untuk usaha pertanian kedepannya.
Adapun sifat fisik dan kimia tanah regosol, vertisol, latosol, dan andisol meliputi:
1.      Regosol
Regosol adalah tanah yang belum banyak mengalami perkembangan profilnya. Oleh karena itu tebal solum tanahnya biasanya tidak melebihi 25 cm. Mengandung bahan yang belum atau masih mengalami pelapukan. Tanah ini berwarna kelabu, coklat, atau coklat kekuningan. Tekstur tanah biasanya kasar, yaitu pasir hingga lempung berdebu, struktur remah, konsistensi tanah lepas sampai gembur dan pH 6-7. Makin tua tanah maka semakin padat konsistensinya.
Umumya regosol belum membentuk agregat, sehingga peka terhadap erosi. Biasanya cukup mengandung unsur P dan K yang masih segar dan belum siap untuk diserap tanaman, tetapi kekurangan unsur N. (Dharmawijaya, 1992)
2.      Vertisol
Tanah ini bertekstur liat yang berwarna kelam yang bersifat fisik berat. Tanah ini memiliki lapisan solum tanah yang agak dalam atau tebal, yaitu antara 100-200 cm, berwarna kelabu sampai hitam, sedangkan tekstur lempung bersifat liat. Struktur tanah keras, dilapisan atas sering berbentuk seperti bunga kubis, dan lapisan bawah gumpal dengan konsistensi teguh atau keras jika kering. Tidak terdapat horizon illuvial ataupun elluvial. Tanah ini kaya akan kapur dan pH tanahnya agak alkalis. Sifat tanah vertisol yang dijadikan tanah pertanian adalah tanah dengan kadar asam fosfat rendah, vertisol muda berbahan napal sehingga kaya akan fosfat.
3.      Latosol
Tanah ini memiliki lapisan solum yang tebal sampai sangat tebal, yaitu dari 30 cm sampai 5 meter bahkan lebih. Memiliki batas horizon yang tidak jelas. Latosol meliputi tanah yang melakukan pelapukan yang intensif dan perkembangan tanah yang lebih lanjut. Keadaan ini meyebabkan pelindian unsur basa, bahan organik, dan silica dengan meninggalkan sesquoksida sebagai sisa berwarna merah. Umumnya kandungan unsur hara dari rendah sampai sedang. Tekstur tanah liat, struktur remah dan konsisitensi gembur. Daya menahan air cukup baik sehingga tidak rentan terhadap erosi. Reaksi pH berkisar antara 4,5-6,5. Kapasitas pertukaran katiion rendah.
4.      Andisol
Tanah andisol adalah tanah yang berwarna hitam kelam, kelabu sampai coklat tua. Memiliki ketebalan solum yaitu 100-225 cm. Tekstur tanah ini adalah debu, lempung berdebu sampai lempung. Sedangkan struktur rema, konsisitensi gembur. Mengandung bahan organic yang tinggi. Terdapat alofan yang menyebabkan KPK dalam tanah tinggi. Reaksi tanah cukup baik, berkisar dari pH 5-7, asam sampai netral.
c.    Klasifikasi tanah
Adapun 10 klasifikasi ordo tanah menurut Hardjowigeno (1992) adalah sebagai berikut:
1.      Alfisol
Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik) dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di atasnya dan tercuci kebawah bersama dengan gerakan air. Padanan dengan sistem klasifikasi yang lama adalah termasuk tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol, kadang-kadang juga Podzolik Merah Kuning.
2.      Aridisol
Tanah yang termasuk ordo Aridisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai kelembapan tanah arid (sangat kering). Mempunyai epipedon ochrik, kadang-kadang dengan horison penciri lain. Padanan dengan klasifikasi lama adalah termasuk Desert Soil.
3.      Entisol
Tanah yang termasuk ordo Entisol merupakan tanah-tanah yang masih sangat muda yaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangan. Tidak ada horison penciri lain kecuali epipedon ochrik, albik atau histik. Kata Ent berarti recent atau baru. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial atau Regosol.
4.      Histosol
Tanah yang termasuk ordo Histosol merupakan tanah-tanah dengan kandungan bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah bertekstur pasir) atau lebih dari 30% (untuk tanah bertekstur liat). Lapisan yang mengandung bahan organik tinggi tersebut tebalnya lebih dari 40 cm. Kata Histos berarti jaringan tanaman. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Organik atau Organosol.
5.      Inceptisol
Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih berkembang daripada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan. Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah ini belum berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol, Gleihumus, dan lain-lain.
6.      Mollisol
Tanah yang termasuk ordo Mollisol merupakan tanah dengan tebal epipedon lebih dari 18 cm yang berwarna hitam (gelap), kandungan bahan organik lebih dari 1%, kejenuhan basa lebih dari 50%. Agregasi tanah baik, sehingga tanah tidak keras bila kering. Kata Mollisol berasal dari kata Mollis yang berarti lunak. Padanan dengan sistem kalsifikasi lama adalah termasuk tanah Chernozem, Brunize4m, Rendzina, dan lain-lain.
7.      Oxisol
Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al. Berdasarkan pengamatan di lapang, tanah ini menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah & Latosol Merah Kuning), Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning.
8.      Spodosol
Tanah yang termasuk ordo Spodosol merupakan tanah dengan horison bawah terjadi penimbunan Fe dan Al-oksida dan humus (horison spodik) sedang, dilapisan atas terdapat horison eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat (albic). Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzol.
9.      Ultisol
Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzolik Merah Kuning, Latosol, dan Hidromorf Kelabu.
10.    Vertisol
Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras. Kalau basah mengembang dan lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Grumusol atau Margalit.

d.      Survai tanah
Survei tanah adalah metode atau cara mengumpulkan data dengan turun langsung kelapangan. Data yang diperoleh berupa data fisik, kimia, biologi, lingkungan, dan iklim. Kegiatan survei terdiri dari kegiatan dilapangan, analisis dilaboratorium, mengklasifikasikan tanah kedalam sistem taksonomi atau system klasifikasi tanah, melakukan pemetaan tanah atau interpretasi atau penafsiran dari survei tanah dan ahli teknologi pertanian (Abdullah, 1996).

Survei tanah memisahkan jenis-jenis tanah dan melukiskannya dalam suatu peta disertai uraiannya. Klasifikasi dan survei tanah merupakan dwi tunggal yang saling memberi manfaat bagi peningkatan daya gunanya (Darmawijaya,1997).

GEOGRAFI TANAH

 PENGERTIAN GEOGRAFI TANAH : 

        Ilmu yang mempelajari tanah tidak hanya sebatas membahas ruang lingkup tanah secara fisikal, tetapi juga mengaitkan dengan konsep utama geografi yaitu ruang (space), tempat (place), dan waktu (time).

Geografi tanah mempelajari tentang agihan (penyebaran) jenis tanah di muka bumi dan faktor-faktor yang menentukan agihannya, yang dipelajari mencakup sifat-sifat tanah, genesa tanah, klasifikasi tanah, agihan, dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kata 'Geografi' dalam istilah geografi tanah digunakan untuk memberikan kontekspada system atau metode talaah, tidak memngkonotasikan sebagai ilmu. Geografi tanah adalah ilmu tanah yang menelaah tanah menurut sudut pandang geografi.

Jadi seorang geografer memiliki kemampuan untuk menganalisis bagaimana perbedaan :
1.    Suatu jenis tanah disatu tempat   dengan tempat lainnya (place)
2.    Potensi tanah apabila dikaitkan dengan aspek-aspek geografis yang ada disekelilingnya (space)
3.    Suatu jenis tanah bila dibandingkan pada masa lampau (time)

v  Geografi tanah adalah ilmu yang mempelajari penyebaran jenis-jenis tanah secara geografis dan dikaitkan dengan faktor-faktor pembentuk tanahnya (Hardjowigeno, 2006)
v  Geografi tanah adalah ilmu yang mengkaji berbagai jenis tanah, kejadian tanah, penciri dan sifat tanah, pembentukan tanah, serta distribusi atau penyebaran tanah di atas permukaan bumi
v    Aplikasi geografi tanah dalam kehidupan: Memahami potensi setiap jenis tanah pada suatu wilayah sehingga dapat dimanfaatkan sesuai dengan potensinya 

       KONSEP PENGETAHUAN TANAH
- Tanah sebagai sistem yang dinamis 
-Konsep pedon dan polipedon
- Horison tanah 
-Profil tanah 

SIFAT FISIK TANAH
Beberapa sifat fisik dan morfologi tanah:
1)      Batas-batas horizon dan warna tanah
2)      Tekstur dan distribusi ukuran partikel
3)      Struktur tanah
4)      Bulk Density (BD) dan porositas tanah
5)      Drainase dan konsistensi
6)      Nilai Cole dan nilai-n

Daftar Pustaka

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

Harry's Pics

Harry Potter Chibi Harry Potter

Links